BAB I
PENDAHULUAN
Bioteknologi merupakan
pemanfaatan mikroorganisme seperti virus, bakteri, fungi dalam menciptakan
suatu produk yang mempunyai kualitas
yang lebih baik. Bioteknologi dapat dimanfaatkan dalam bidang industri pangan,
obat-obatan, maupun dalam industri peternakan. Bidang Industri pangan merupakan
salah satu industri yang banyak memanfaatkan bioteknologi dalam pengolahan
maupun pengawetan makanan. Penerapan bioteknologi dalam bidang industri
tentunya memerlukan enzim, enzim dapat ditemukan didalam tumbuhan, hewan maupun
mikroorganisme. Enzim merupakan biomolekul berupa protein yang bersifat
katalisator, artinya enzim dapat mempercepat reaksi tanpa ikut beraksi. Enzim
yang biasanya digunakan untuk pengolahan pangan adalah protease dan glukosa
oksidase. Aplikasi pembuatan makanan dengan penambahan enzim biasanya digunakan
untuk pembuatan bir, yogurt, roti, dan pembuatan keju.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Glukosa Oksidase
Glukosa oksidase
(GOD) merupakan enzim yang mengkatalisis oksidasi ß-D-glukosa menjadi
glukonolakton dan hidrogen peroksida, dengan molekul oksigen sebagai akseptor
elektron. Enzim GOD biasa digunakan dalam bidang kesehatan dan bidang pangan.
Enzim Glukosa Oksidase juga berperan dalam menghilangkan bakteri patogen pada
suatu produk. Glukosa Oksidase saat ini sedang dikembangkan dalam sistem enzymatic fuel cell. Enzymatic full cell ini digunakan dalam
bidang yang berhubungan dengan listrik. Enzim ini biasa diproduksi oleh
mikroorganisme seperti Penicillium
notatum, Penicillium chrysosporium, Aspergillus niger,dan Botrytis cinerea. Menurut penelitian
Kurniatin et al. (2012) Aspergillus niger merupakan penghasil
glukosa oksidase yang bersifat lebih stabil dibandingkan dengan Penicillium sp. Glukosa Oksidase dapat
pula ditemukan dalam tanaman daun sirih merah, dimana daun sirih merah ini juga
bermanfaat sebagai obat kanker, darah tinggi
(hipertensi), antiseptik, obat mata (Agustanti, 2008). Selain itu lidah buaya
jugasudah diteliti sebagai penghasil enzim glukosa oksidase, yang mampu
berkhasiat sebagai obat antidiabetik (Azizah, 2005 dalam Agustanti, 2008).
2.1.1. Pemanfaatan Enzim Glukosa Oksidase dalam
bidang Industri
Dalam bidang industri pangan enzim ini dimanfaatkan untuk
menghilangkan oksigen dan glukosa dalam pengolahannya, selain itu juga sebagai
penghilang bakteri patogen yang
mengkotaminasi makanan, seperti Salmonella
Infantis, Staphylococcus aureus, Clostridium perfringens, Bacillus cereus,
Campylobacter jejuni, dan Listeria monocytogens. Glukosa oksidase dalam
bidang farmasi digunakan sebagai biosensor untuk penentuan kadar glukosa dalam
darah, diagnosis penyakit metabolik perancangan biosensor pada penetapan kadar
glukosa dalam darah, serum maupun plasma. Penetapan kadar glukosa dengan metode
enzimatik baik secara kolorimetri, maupun secara amperometribila dibandingkan
dengan berbagai metode non-enzimatik lainnya, memiliki keunggulan yang lebih
besar, karena enzim GOD memiliki spesifitas substrat yang tinggi terhadap
β-D-glukosa. Bahkan telah berhasil dikembangkan sistem monitoring analisis
secara Online (in-siliko) terhadap
proses fermentasi yang melibatkan enzim glukosa oksidase imobil. Glukosa yang
dikembangkan dengan sistem Enzymatic fuel
cell, sistem ini adalah sitem elektrokimia yang mengkonversi energi kimia
dan energi listrik, sistem ini
menggunakan enzim sebagai katalisatornya sehingga dapat menghasilkan efisiensi
tinggi dan emisi polutan yang redah, Sistem ini dimanfaatkan dalam aplikasi penggunaan
perangkat sensor, penghantaran obat, keping mikro, dan cadangan listrik
portabel. Daya yang dihasilkan oleh glukosa oksidase dalam sistem fuel cell mencapai 190 μW/cm2
(Lee et al., 2011 dalam Kurniatin
(2012).
2.2. METODE MENGHASILKAN ENZIM GLUKOSA OKSIDASE
2.2.1. Skreening fungi genus Penicillium dan Aspergillus
indigenus penghasil enzim glukosa
oksidase.
Sebanyak
92 isolat fungi genus Penicillium dan Aspergillus diidentifikasi secara
kualitatif adanya glukosa oksidase sebagai berikut: spora yang berumur 4 hari
diinokulasi ke dalam tabung reaksi yang berisi medium glukosa dengan indicator
bromocresol purple (BCP). Selanjutnya tabung-tabung reaksi tersebut disimpan
pada suhu kamar. Aktivitas enzim glukosa oksidase ditandai dengan terjadinya perubahan
warna indikator dari ungu menjadi warna kuning pada tabung uji.
2.2.1. Produksi enzim glukosa oksidase pada skala
labu kocok
Isolat
yang diduga aktif memproduksi enzim glukosa oksidase berdasarkan hasil skrening
atau penapisan ditumbuhkan dalam media cair dengan komposisi sebagai berikut
(g/L): glukosa anhidrat 80, pepton 3, NaNO3 0,5 KH2PO4 1, dan CaCO3 35
(disterilkan terpisah). Kultur ditumbuhkan pada kecepatan aerasi 150 rpm suhu
30oC selama 72 jam. Miselium dipisahkan dari media perumbuhan dengan cara
filtrasi menggunakan kertas saring, sisa media dicuci beberapa kali dengan air
suling. Supernatan bebas sel diuji aktivitas enzim glukosa oksidase
ekstraselular sedangkan enzim glukosa oksidase intraselular diuji setelah
dilakukan pemecahan miselium dengan menggunakan pasir laut.
2.2.3. Isolasi dan Identifikasi enzim glukosa
oksidase secara kuantitatif dengan metode kolorimetri
Isolasi
enzim glukosa oksidase intraselular dilakukan sebagai berikut: miselium digerus
sampai halus dengan menggunakan pasir laut perbandingan 1 :2. Sel yang telah
lisis ditambahkan dengan buffer fosfat 0,1 M pH 6,0 kemudian disentrifugasi
pada kecepatan 12.000 rpm selama 20 menit (Firman dan Soedigdo, 1994).
Aktivitas glukosa oksidase ditetapkan secara kolorimetri pada λ 505 nm
(Trinder, 1966). Prosedur uji aktivitas adalah sebagai berikut: ke dalam kuvet
diisi larutan glukosa 18%, peroksidase 1 Unit dan amino-antipirin kemudian
diinkubasi pada suhu 30oC selama 5 menit. Sebanyak 0,1 mL larutan glukosa
oksidase dimasukkkan ke dalam kuvet tersebut kemudian diukur kenaikan serapan
pada λ 505 nm selama 4 menit. Kadar protein enzim ditetapkan dengan metode
Lowry et al, (1951).
2.2.4. Analisis In Vitro Sirih Merah Terhadap Aktivitas
Enzim Glukosa Oksidase
Analisis yang dilakukan
menggunakan metode kit glukosa randox. Substrat glukosa dioksidasi oleh enzim
glukosa oksidase menghasilkan asam glukonat dan peroksida. Peroksida yang
terbentuk, aminofenazon dan fenol akan bereaksi dengan enzim peroksidase
menghasilkan quinoneimina. Senyawa yang terbentuk ini akan menghasilkan warna
jingga sehingga dapat diukur secara spektrofotometri. Semakin banyak
quinoneimina yang terbentuk maka semakin banyak glukosa yang terukur sehingga
aktivitas glukosa oksidase dapat ditentukan. Pengukuran dilakukan secara
spektrofotometri pada panjang gelombang 500 nm. Mekanisme enzimatik glukosa
oksidase merupakan salah satu jalur antidiabetes terkait dengan jalur pentosa
fosfat dan hal ini menjelaskan mengenai hubungan antara antidiabetes dan antioksidan
dari suatu sampel. (Agustatnti, 2008)
DAFTAR
PUSTAKA
Agustanti, L. 2008. Potensi Daun Sirih Merah (Piper Crocatum)
Sebagai Aktivator Enzim Glukosa
Oksidase. Program Studi Biokimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
(Skripsi)
Ahmad,
A., A. Syaiful., Firman dan A.R Patong. 2007. Imobilisasi enzim glukosa oksidase dari penicillium sp-3 galur lokal.
Indo. J. Chem 7(1), 97 – 104.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar