BAB I
PENDAHULUAN
Enzim adalah biokatalisator yang banyak digunakan
pada berbagai bidang industri produk pertanian, kimia, dan medis. Enzim
memiliki sifat-sifat spesifik yang menguntungkan yaitu efisien, selektif,
predictable, proses reaksi tanpa produk samping, dan ramah lingkungan.
Sifat-sifat tersebut menyebabkan penggunaan enzim semakin meningkat dari tahun
ke tahun, diperkirakan peningkatan mencapai 10–15% per tahun. Salah satu enzim
yang mempunyai peranan penting dan tidak ada bandingannya dalam pertumbuhan
bioteknologi adalah lipase. Enzim lipase atau lengkapnya triasilgliserol lipase
adalah enzim yang menghidrolisis ester karboksilat. Enzim ini memiliki sifat
khusus dapat memecahkan ikatan ester pada lemak dan gliserol. Selain itu lipase
memiliki kemampuan mengkatalisis reaksi organik baik dalam media berair maupun
dalam media non air. Enzim lipase termostabil atau asilgliserol hidrolase
merupakan enzim yang dapat menghidrolisis rantai panjang trigliserida. Enzim
ini banyak digunakan pada produksi asam lemak. Asam lemak dan gliserol merupakan
produk oleokimia dasar yang sangat diperlukan oleh industri cat, plastik, detergen,
dan sabun. Dewasa ini proses tersebut beroperasi pada suhu 240-2500 oC
dan tekanan 45-50 atm. Pada proses ini diperlukan energi yang cukup besar untuk
mempertahankan kondisi operasinya dan juga asam lemak yang dihasilkan umumnya berwarna
coklat yang akan mengakibatkan rusaknya komponen-komponen yangterkandung di
dalam minyak, misalnya ᵝ-karoten.
Rumusan Masalah
1. Jenis
mikroorganisme apakah yang mampu menghasilkan enzim lipase?
2. Bagaimanakah cara memproduksi enzim lipase dari mikroba?
3. Bagaimanakah cara pemurnian enzim lipase?
4. Apa saja implementasi dan aplikasi dari enzim lipase?
2. Bagaimanakah cara memproduksi enzim lipase dari mikroba?
3. Bagaimanakah cara pemurnian enzim lipase?
4. Apa saja implementasi dan aplikasi dari enzim lipase?
Tujuan
1. Mengetahui
jenis mikroba penghasil enzim lipase.
2. Mengetahui cara memproduksi enzim lipase dari mikroba.
3. Mengetahui cara pemurnian enzim lipase.
4. Mengetahui implementasi dan aplikasi dari enzim lipase.
2. Mengetahui cara memproduksi enzim lipase dari mikroba.
3. Mengetahui cara pemurnian enzim lipase.
4. Mengetahui implementasi dan aplikasi dari enzim lipase.
BAB II
ISI
2.1. Lipase
Enzim lipase atau
asilgliserol hidrolase merupakan enzim yang dapat menghidrolisis rantai panjang
trigliserida. Enzim ini memiliki potensi untuk memproduksi asam lemak, yang
merupakan prekursor berbagai industri kimia. Lipase diklasifikasikan sebagai
enzim hidrolase yang menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak bebas,
gliserida parsial (monogliserida), digliserida dan gliserida. Produksi asam
lemak secara industri menggunakan katalis kimia menghasilkan efek samping bagi
lingkungan. Selain itu enzim lipase telah banyak dikenal memiliki cakupan
aplikasi yang amat luas dalam bidang bioteknologi, seperti biomedikal,
pestisida, pengolahan limbah, industri makanan, biosensor, detergen, untuk
industri kulit dan industri oleokimia (memproduksi asam lemak dan turunannya). Lipase
sebagai katalis untuk reaksi esterifikasi dapat diperoleh dari species mikrobia
ataupun tanaman. Nelson dkk. (1996) melakukan ”screening” lipase dari banyak
spesies mikroba dalam kemampuannya melakukan transesterifikasi trigleserida
dengan alkohol rantai pendek menjadi alkil ester. Lipase Mucor miehei ternyata
paling efisien mengubah trigliserida menjadi alkil ester dengan alkohol primer,
sedangkan lipase dari Candida antartica paling efisien untuk transesterifikasi
trigliserida dengan alkohol sekunder menghasilkan alkohol ester bercabang.
2.2. Mikroorganisme penghasil enzim lipase
Kelompok jamur yang dapat manghasilkan lipase adalah
Aspergillus niger dan Penicillium aurantiogriseum. Adapun pada kelompok
bakteri, lipase yang dihasilkan adalah dari genera Bacillus, Aeromonas,
Pseudomonas, Alcaligenes, Arthrobacter, Chromobacterium, Serratia, Vibrio,
Aeromonas, dan Staphyloccus.
Di antara sumber lipase baik berasal dari tumbuhan, hewan dan mikroba, ternyata lipase mikroba yang paling banyak digunakan. Hal ini disebabkan karena mikroba dapat dengan mudah dibudidayakan dan lipase dapat mengkatalis berbagai reaksi hidrolisis dan sintetis. Lipase digunakan dalam berbagai bidang bioteknologi, seperti pengolahan makanan dan susu (keju pematangan, pengembangan rasa, EMC teknologi), deterjen, farmasi (naproxen, ibuprofen), agrokimia (insektisida, pestisida) dan oleokimia (hidrolisis lemak dan minyak, sintesis biosurfaktan ) industri. Lipase dapat lebih dimanfaatkan di daerah baru di mana mereka dapat berfungsi sebagai biocatalysts potensial.
Di antara sumber lipase baik berasal dari tumbuhan, hewan dan mikroba, ternyata lipase mikroba yang paling banyak digunakan. Hal ini disebabkan karena mikroba dapat dengan mudah dibudidayakan dan lipase dapat mengkatalis berbagai reaksi hidrolisis dan sintetis. Lipase digunakan dalam berbagai bidang bioteknologi, seperti pengolahan makanan dan susu (keju pematangan, pengembangan rasa, EMC teknologi), deterjen, farmasi (naproxen, ibuprofen), agrokimia (insektisida, pestisida) dan oleokimia (hidrolisis lemak dan minyak, sintesis biosurfaktan ) industri. Lipase dapat lebih dimanfaatkan di daerah baru di mana mereka dapat berfungsi sebagai biocatalysts potensial.
2.2.1. Lipase Bakteri
Sejumlah relatif lebih kecil dari lipase bakteri
telah diteliti dengan baik dibandingkan dengan tanaman dan jamur lipase. Lipase
bakteri adalah glikoprotein, tetapi beberapa lipase bakteri ekstraseluler
adalah lipoprotein. Winkler et al melaporkan bahwa produksi enzim pada sebagian
besar bakteri dipengaruhi oleh polisakarida tertentu. Sebagian besar lipase
bakteri dilaporkan sejauh ini konstitutif dan tidak spesifik dalam spesifisitas
substrat dan lipase bakteri sedikit thermostabil. Di antara bakteri Achromobacter
sp., Alcaligenes sp., Arthrobacter sp., Pseudomonas sp, Staphylococcus sp dan
Chromobacterium sp, telah dimanfaatkan dalam produksi enzim lipase.
Stafilokokus menghasilkan lipoprotein lipase di alam.
2.2.2. Lipase jamur
Lipase jamur telah diteliti sejak tahun 1950-an, dan
Lawrence, Brockerhoff dan Jensen telah menyajikan tinjauan yang komprehensif.
Lipase ini sedang dieksploitasi karena biaya ekstraksi yang rendah, stabilitas
termal dan pH, spesifisitas substrat, dan aktivitas dalam pelarut organik. Para
produsen utama dari lipase komersial ialah Aspergillus niger, Candida
cylindracea, lanuginosa Humicola, Mucor miehei, Rhizopus arrhizus, R. delemar,
R. japonicus, R. niveus dan R. oryzae. Di antara Mucorales, enzim lipolitik
dari Mucor hiemalis , M. miehei, M. lipolyticus, M. pusillus, Rhizopus
japonicus, R. arrhizus, R. delemar. R. nigricans, R. nodosus, R. microsporus,
dan R. chinesis telah dipelajari secara detail. Termofilik M. pusillus dikenal
sebagai penghasil lipase ekstraseluler termostabil. 1,3 – spesifisitas
(regio)-dari Rhizopus, merupakan lipase yang sangat cocok untuk konversi
trigliserida menjadi monogliserida. Lipase R. japonicus telah digunakan untuk
menghasilkan mentega, pembuatan coklat dan interesterifikasi minyak sawit dengan
metil stearate. Lipase (40 sampai 45 kDa) dari berbagai jenis Rhizopus
menunjukkan aktivitas maksimum terhadap asam lemak rantai menengah (C8-C10).
Dalam kasus R. delemar, ekstraseluler dan intraseluler isoenzim lipase telah
diisolasi.
2.3. Produksi dan Pemurnian Enzim Lipase dari
Bakteri
Produksi enzim lipase
dari bakteri diawali dengan penanaman bakteri dalam media fermentasi yang
terdiri dari komposisi gum arab 5%, pepton 1%, minyak zaitun 10% dengan kondisi
optimum pertumbuhan bakteri sebagai berikut: waktu inkubasi 24 jam, suhu 35°C,
pH 8 (Anissa, 2006). Penanaman media fermentasi menggunakan kondisi optimum
dilakukan untuk memperoleh enzim lipase dengan jumlah yang cukup besar. Setelah
diinkubasi dalam media fermentasi selama 24 jam, enzim lipase dipisahkan dengan
menggunakan alat sentrifuga dengan kecepatan 3500 rpm, 30 menit dan suhu 4oC
untuk mendapatkan ekstrak kasar enzim lipase. Dari proses ini diperoleh ekstrak
kasar enzim sebanyak 985 mL dengan aktivitas unit rata-rata enzim hasil pengukuran
duplo 0,21 U/ml, kadar protein 3,55 mg/ml, aktivitas spesifik 0,059 U/mg.
Setelah didapat ekstrak kasar dilanjutkan dengan proses pemurnian enzim secara fraksinasi bertingkat menggunakan garam amonium sulfat. Fraksi tertinggi adalah fraksi ke V (80-100)% jenuh dengan aktivitas unit 3,5 U/ml, kadar protein 1,74 mg/ml dan aktivitas spesifik 2,011 U/mg. Fraksi tertinggi yang diperoleh ini selanjutnya didialisis menggunakan bufer fosfat pH 8; 0,025 M. Enzim lipase hasil dialisis fraksi ke V menunjukkan 2,04 U/ml, kadar protein 0,42 mg/ml.dan aktivitas spesifik 4,86 U/mg. Hasil ini memperlihatkan bahwa telah terjadi kenaikan sebesar 82,37 kali dibandingkan ekstrak kasar enzim dengan perolehan 31,48 %. Enzim lipase yang telah didialisis selanjutnya dimurnikan kembali dengan sephadex G-100 secara kromatografi kolom, diperoleh 22 fraksi dimana fraksi 19 adalah fraksi tertinggi dengan aktivitas unit 2,83 U/ml, kadar protein 0,57 mg/ml dan aktivitas spesifik 4,96 U/mg. Dari 3 tahap pemurnian (fraksinasi, dialisis, dan kromatografi kolom) terlihat bahwa aktivitas spesifik meningkat yang disebabkan oleh peningkatan kemurnian enzim. Aktivitas spesifik enzim dipengaruhi oleh kadar protein, semakin tinggi aktivitas spesifik suatu enzim maka semakin tinggi kemurnian enzim tersebut. Hal ini menunjukkan terjadinya pemisahan protein lain yang bukan enzim. Dengan meningkatnya aktivitas spesifik pada tiap tahap pemurnian, menunjukkan bahwa proses pemurnian yang dilakukan cukup baik.
Setelah didapat ekstrak kasar dilanjutkan dengan proses pemurnian enzim secara fraksinasi bertingkat menggunakan garam amonium sulfat. Fraksi tertinggi adalah fraksi ke V (80-100)% jenuh dengan aktivitas unit 3,5 U/ml, kadar protein 1,74 mg/ml dan aktivitas spesifik 2,011 U/mg. Fraksi tertinggi yang diperoleh ini selanjutnya didialisis menggunakan bufer fosfat pH 8; 0,025 M. Enzim lipase hasil dialisis fraksi ke V menunjukkan 2,04 U/ml, kadar protein 0,42 mg/ml.dan aktivitas spesifik 4,86 U/mg. Hasil ini memperlihatkan bahwa telah terjadi kenaikan sebesar 82,37 kali dibandingkan ekstrak kasar enzim dengan perolehan 31,48 %. Enzim lipase yang telah didialisis selanjutnya dimurnikan kembali dengan sephadex G-100 secara kromatografi kolom, diperoleh 22 fraksi dimana fraksi 19 adalah fraksi tertinggi dengan aktivitas unit 2,83 U/ml, kadar protein 0,57 mg/ml dan aktivitas spesifik 4,96 U/mg. Dari 3 tahap pemurnian (fraksinasi, dialisis, dan kromatografi kolom) terlihat bahwa aktivitas spesifik meningkat yang disebabkan oleh peningkatan kemurnian enzim. Aktivitas spesifik enzim dipengaruhi oleh kadar protein, semakin tinggi aktivitas spesifik suatu enzim maka semakin tinggi kemurnian enzim tersebut. Hal ini menunjukkan terjadinya pemisahan protein lain yang bukan enzim. Dengan meningkatnya aktivitas spesifik pada tiap tahap pemurnian, menunjukkan bahwa proses pemurnian yang dilakukan cukup baik.
2.4. Implementasi dan Aplikasi Enzim Lipase
2.4.1. Lipase
dalam industri susu
Lipase digunakan secara ekstensif dalam industri
susu untuk hidrolisis lemak susu. Aplikasi saat ini meliputi peningkatan rasa
keju, percepatan pematangan keju, pembuatan produk keju-suka, dan lipolisis
lemak mentega, dan cream. Sedangkan penambahan lipase terutama lisis rantai
pendek (C4 dan C6) asam lemak yang mengarah ke pengembangan rasa, aroma tajam,
pelepasan rantai menengah (C12 dan C14) asam lemak cenderung memberikan rasa
sabun untuk produk . Selain itu, asam lemak bebas mengambil bagian dalam reaksi
kimia sederhana di mana mereka memulai sintesis bahan rasa lain seperti
aceto-asetat, ß-keto asam, metil keton, ester rasa, dan lactones.
2.4.2. Pembuatan Roti
Lipase juga digunakan sebagaio pengganti dari emulsifier dan untuk
memperbaiki rheologi adonan untuk memproduksi remah-remah dan tekstur yang
lebih lembut pada roti. Beberapa lipase digunakan pada cakes untuk mengganti
emulsifier atau memperkuat adonan untuk memproduksi cake yang berangin dengan
tekstur yang lembut, yang disebut Fatula. Lipase juga bekerja untuk membebaskan
beberapa lemak pada tepung yang
diikat oleh protein. Dengan melepaskan lemak-lemak tersebut dan memecahnya dari
ikatannya, lemak-lemat tersebut bebas untuk digunakan pada roti dengan baik
(Rigik, 2009). Enzim lipase memodifikasi lemak alami dari tepung, jadi lipase
dapat berfungsi sebagai emulsifier dan mengurangi penambahan emuilsifier tanpa
mengurangi kualitas produk bakery.
BAB III
KESIMPULAN
Jenis mikroorganisme penghasil enzim lipase adalah
Kelompok yeast dari Candida rugosa, kelompok jamur adalah Aspergillus niger dan
Penicillium aurantiogriseum. Adapun pada kelompok bakteri, lipase yang
dihasilkan adalah dari genera Bacillus, Aeromonas, Pseudomonas, Alcaligenes,
Arthrobacter, Chromobacterium, Serratia, Vibrio, Aeromonas, dan Staphyloccus. Produksi
enzim lipase dari bakteri diawali dengan penanaman bakteri dalam media
fermentasi yang terdiri dari komposisi gum arab 5%, pepton 1%, , minyak zaitun
10% dengan kondisi optimum pertumbuhan bakteri sebagai berikut: waktu inkubasi
24 jam, suhu 35°C, pH 8. Proses pemurnian sampel ekstrak kasar enzim lipase
diawali dengan fraksinasi bertingkat menggunakan garam ammonium sulfat dengan
tingkat kejenuhan (0-20%), (20-40%), (40-60%), (60-80%) dan 80-100%), dialsis
dan kromatografi kolom. Enzim lipase hasil pemurnian memiliki karakteristik
aktivitas optimum pada pH 8, temperatur 45°C, dan waktu inkubasi 10 menit
dengan nilai KM = 0,07 mg substrat/ml dan Vmaks = 1,506 μmol minyak/ml enziM.
Aktivitas esterifikasi enzim lipase mengalami peningkatan seiring dengan
bertambahnya kemurnian enzim yaitu dari 2,38 mmol/ml enzim.menit untuk
ekstrak kasar, menjadi 3,81 mmol/ml enzim.menit untuk fraksi amonium
sulfat, selanjutnya meningkat kembali menjadi 4,29
mmol/ml enzim.menit untuk dialisis dan 5,24 mmol/ml enzim.menit untuk
hasil kromatografi kolom.
DAFTAR PUSTAKA
Murray,
Robert K. 2009. Biokimia Harper. Jakarta: EGC.
Poedjiadi,
A., F.M. T. Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.
Sediaoetama, Achma Djaeni. 2008. Ilmu Gizi untuk
Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian Rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar